1.Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden
Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum. Kira-kira apa
perintah pertama Presiden Soekarno saat menjadi Presiden?
Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno
sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI.
Tidak ada debat
sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana
saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden. Berbeda sekali dengan sidang
paripurna di DPR yang penuh keriuhan, protes serta gontok-gontokan.
Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams
"Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan
Bung Karno tahun 2007.
"Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan
seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?"
Soekarno pun menjawab, "Baiklah."
Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya
negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar
Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki.
"Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima.
Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang
bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama.
Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno.
Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!"
Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil
berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate
ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai
Presiden RI.
Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi
Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan.
Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.
"Di malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum
tidur. Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau
berkata 'Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi...dalam
waktu dekat...anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu'. Jadi ini
tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya,"
ujar Fatmawati tenang.
Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya.
2.Soekarno cinta budaya bangsa
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita
wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang
jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di
batu tulisnya.
Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi
kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran
akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah
Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.
"Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan
menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku.
Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur
nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas
yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams
"Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan
Bung Karno tahun 2007.
Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari
seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang
dilakukan oleh penduduk Papua.
Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan
aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah,
Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut.
Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan
meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi,
di samping bicara politik.
Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh
waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun
1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman
keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong.
3.Ketika Bung Karno paksa Belanda memikul sepeda
Ada saja cerita lucu yang datang dari Bung Karno, proklamator yang lahir pada 6
Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Sebuah cerita lucu dituturkan
istrinya Fatmawati. Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia dari tahun 1945
hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Soekarno. Fatmawati juga
dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang
turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati mengakui kadang kali ada kelucuan daripada pembawaan Soekarno. Bila
Bung Karno sudah melucu, dirinya jadi terpingkal-pingkal dibuatnya. Menurut
Fatmawati, Bung Karno pernah bercerita kalau dirinya senang berkelakar. Senang
mendengar dan bercerita yang lucu. Dan kelucuan Bung Karno bukanlah kelucuan
seorang badut, tapi sikap eksentrik seorang pemikir.
Menurut Fatmawati, ketika Bung Karno dibuntuti polisi Belanda, polisi Belanda
tersebut dipaksa untuk memikul sepedanya. Bung Karno tahu kalau dirinya selalu
diikuti oleh serdadu Belanda. Sedikit saja Bung Karno melanggar hukum, Belanda
dengan cepat mengirimnya ke dalam bui. Justru karena tahu polisi Belanda tidak
boleh melepaskan pandangan mengikuti jejaknya, membuat dia sering mempermainkan
polisi Belanda.
Waktu itu, Bung Karno sedang bersepeda, seorang polisi mengikutinya dari
belakang. Bung Karno sengaja tidak mempercepat laju sepedanya. Dia menggenjot
dengan santai saja. Polisi belanda itu pun santai pula mengikuti dari kejauhan.
Tiba-tiba timbul pikiran membikin polisi itu repot. Di tepi persawahan, Bung
Karno berhenti dan meninggalkan sepedanya di sana. Kemudian Bung Karno berjalan
meniti pematang, menuju suatu perkampungan yang agak jauh letaknya, tempat
seorang temannya tinggal. Bung Karno tahu, sepedanya tidak akan ada yang
mengambil.
"Bung Karno tahu, polisi itu tidak berani membiarkan dirinya lepas dari
pandangannya. Dia wajib menguntit Soekarno terus,” cerita Fatmawati dikutip
dari buku Bung Karno Masa Muda’ Penerbit: Pustaka Yayasan Antar Kota, Jakarta,
1978.
Tapi kesulitannya sekarang adalah sepedanya tidak boleh ditinggalkan begitu
saja seperti sepeda Bung Karno. Disiplin melarang polisi Belanda meninggalkan
sepedanya di jalanan. Akhirnya terpaksa polisi itu memikul sepedanya meniti
pematang sambil terseok-seok. Sesekali polisi itu kejeblos masuk lumpur sawah
dengan bebannya yang cukup berat. Dia tidak berani membiarkan Bung Karno bebas
berkeliaran di luar pengawasannya.
Sedangkan Bung Karno yang punya pikiran nakal itu enak saja meniti pematang
panjang menuju perkampungan. Dia dengan jalan lenggang kangkung, sementara di
belakang sang polisi dengan geram mengikutinya.
Itulah beberapa keping perbuatan Soekarno yang terkadang lucu, menurut
Fatmawati sering membuat dia terpingkal-pingkal mendengarnya.
4.Bung Karno dan Ibu Fatmawati, tak
pernah ingat kapan menikah
Di zaman modern, ada
tradisi memperingati ulang tahun perkimpoian. Kalau 25 tahun perkimpoian
disebut kimpoi perak, sementara 50 tahun perkimpoian disebut kimpoi emas.
Tetapi, menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah
merayakan ulang tahun perkimpoian
Jangankan kimpoi
perak atau kimpoi emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak
pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini
bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang.
Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk
menjajah Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kimpoi perak atau kimpoi emas. Sebab kami
anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada
persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu
Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.
Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak
perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan.
Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya.
Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting perjuangan
bangsa.
Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur
lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat
kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok pengagum
karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.
5.Saat Soekarno kencingi Hatta
Tanggal 8 Agustus 1945, pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara,
Jenderal Terauchi memanggil Soekarno dan Mohammad Hatta ke Vietnam. Terauchi
sama sekali tidak menjelaskan apa maksudnya. Hal ini membuat Soekarno dan Hatta
bertanya-tanya.
Berangkatlah mereka dengan diiringi 20 pejabat tinggi militer Jepang. Pesawat
yang ditumpangi Soekarno penuh sesak. Tapi tak ada yang mau bicara soal alasan
pemanggilan tersebut.
Ternyata pertemuan Soekarno-Hatta dengan Terauchi di Dalath ini sangat penting
dalam sejarah Indonesia. Jepang mengaku tidak akan menghalang-halangi
kemerdekaan Indonesia. Jepang sadar mereka sudah dikalahkan pasukan sekutu.
Kondisi peperangan sama sekali berubah. Jepang sudah kalah habis-habisan dalam
perang dunia II di Pasifik.
Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams
"Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan
Bung Karno tahun 2007.
Maka dengan membawa berita baik itu, pulanglah Soekarno dan Hatta ke Indonesia.
Kali ini mereka tidak naik pesawat penumpang yang bagus seperti saat berangkat.
Mereka naik pesawat pembom yang sudah rongsokan. Banyak lubang bekas tembakan
di badan pesawat itu.
Pesawat itu juga tidak memiliki tempat duduk. Para penumpang duduk di lantai
pesawat atau berbaring. Tidak ada juga pemanas, sehingga para penumpang
menggigil kedinginan. Parahnya, tidak ada juga kamar kecil.
Nah, yang jadi masalah, saat itu Soekarno ingin kencing. Dia berbisik pada
Suharto, dokter pribadinya.
"Aku ingin kencing. Apa yang harus kulakukan?" bisik Soekarno.
Suharto juga bingung, tidak ada kamar kecil. Maka dia menunjuk bagian ekor
pesawat yang penuh lubang bekas tembakan. "Tidak ada tempatnya, jadi tidak
ada jalan lain. Bung harus kencing di sana," kata Suharto.
"Baiklah. Aku melangkah pelan-pelan ke bagian belakang pesawat dan
melampiaskan hajatku. Dan baru aku mulai, tiupan angin yang keras menghempas
melalui lubang-lubang bekas peluru dan menyemburkan air itu ke seluruh ruangan
pesawat. Kawan-kawanku yang malang itu mandi dengan air istimewa," beber
Soekarno.
Saat mendarat di Jakarta, para pemimpin bangsa itu masih setengah basah dengan
air kencing sang pemimpin besar revolusi. Tak dijelaskan bagaimana reaksi Hatta
dan yang lainnya saat terkena air kencing Soekarno.
6.Soekarno menipu Belanda dengan telur dan Alquran
Bung Karno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi
cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Soekarno di PNI inilah yang membuat dia mendekam di penjara Banceuy dan
kemudian dipindahkan ke Sukamiskin pada tahun 1930.
Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh
kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno,
Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo.
Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin
keras dan ketat. Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk
mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan
dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari
orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu
saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang
bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan
adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting.
Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno
dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya,
ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat
informasi dari luar.
Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan
dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu
diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno.
Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa
Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi
untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur
asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno.
Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit
tidak bisa menjelaskan secara detail.
Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang
lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun,
telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail
mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur
berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga
tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan
kemerdekaan.
Ada lagi cara yang lebih rumit dengan menggunakan media buku-buku agama hingga
Alquran. Inggit yang mendapat jatah berkunjung dua kali sepekan diizinkan
membawa buku-buku agama dan Alquran. Misalnya, Bung Karno dikirimi Alquran
tanggal 24 bulan April. Maka Bung Karno harus membuka surat Alquran keempat di
halaman 24. Di bawah huruf-huruf tertentu pada halaman tersebut terdapat
lubang-lubang kecil seperti huruf Braille. Contohnya di bawah huruf B ada
tusukan, selanjutnya di bawah huruf U, dan seterusnya, hingga membentuk
rangkaian kata dan kalimat yang berisi kabar dari rekan-rekan seperjuangannya
yang berada di luar penjara.

Satu lagi model komunikasi yang digunakan Bung Karno. Cara ini dipilih Ibu
Wardoyo, yang selalu menemani Inggit membesuk ke penjara Sukamiskin. Dia
menggunakan bahasa tubuh seperti menarik telinga, menyilangkan jari,
mengedipkan mata, menggerakan satu tangan, hingga menggerakkan bagian muka.
Semua kode itu sudah dipahami maknanya oleh Bung Karno.
Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal
31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang
berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi
Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka
banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak
berdaya.
Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian
kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya
menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk
memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari,
lembab, gelap, dan dingin.
7. Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro
Che Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia tahun 1959. El Comandante ini
berdiskusi panjang lebar soal revolusi di Indonesia. Pada waktu itu, Che juga
merupakan wakil resmi pemerintah Kuba untuk membicarakan hubungan dagang antar
kedua negara. Soekarno cocok dengan pribadi Che. Keduanya penuh energi dan
bergaya informal.

Che sempat berwisata ke Candi Borobudur. Dia yang terkesan dengan Soekarno
kemudian mengundang Soekarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.
Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel Castro
langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut meriah. Warga Kuba
berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan 'Viva President
Soekarno'.
Fidel Castro yang juga anti-Amerika klop dengan Soekarno. Sejarah menunjukkan
keduanya tidak pernah mau didikte Amerika Serikat.
Soekarno menghadiahi Castro keris, senjata asli Indonesia. Mereka tertawa
seperti dua sahabat saat bertukar penutup kepala. Soekarno menukar kopiahnya
dengan topi a la komandan militer yang menjadi ciri khas Castro. Che pun tampak
senang mengenakan kopiah Soekarno.
Yang unik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi
yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.
Cerita itu dituturkan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu
Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan
kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi
menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua peserta
bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.
Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno. Rupanya
dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu
memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi kembali
dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja.
"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba
masih dalam revolusi," ujar Bambang.
Lawatan ke Kuba sangat mengesankan untuk Soekarno. Sangat berbeda dengan
lawatannya ke Washington beberapa waktu sebelumnya. Kala itu Soekarno
tersinggung dengan Presiden Eisenhower yang sombong. Eisenhower menganggap
remeh Soekarno yang dianggapnya datang dari negara dunia ketiga.
Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya.
Amarah Soekarno pun meledak.
"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya
pergi," ujar Soekarno dengan marah.
Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta Soekarno
tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno.
Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno
tak bisa diremehkan.
8. Repotnya Soekarno beristri banyak
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal beristri banyak. Punya
istri banyak dan cemburuan tentu membuat Soekarno pusing. Kadang Soekarno
terpaksa main kucing-kucingan dengan para istrinya.

Ketika Soekarno
menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari Istana. Istri kedua
Soekarno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru. Hartini pun akhirnya tidak
tinggal di Istana, tetapi di paviliun Istana Bogor. Lalu setelah menikah dengan
Dewi Soekarno, wanita Jepang ini ditempatkan di Wisma Yasoo, Jl Gatot Subroto.
Sementara istri lainnya, Haryati 'ditaruh' di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Banyak kisah lucu soal poligami Soekarno. Misalnya soal surat. Karena sibuk,
Soekarno tidak sempat menulis surat untuk masing-masing istrinya. Maka dia
menyuruh juru tulis Istana untuk mengetikkan surat cinta bagi istrinya.
Tapi betapa kagetnya Soekarno saat mendapati surat cinta itu diketik di atas
kertas berkop kepresidenan resmi. Lengkap dengan logo burung garuda dan cap
kepresidenan. Bukan itu saja, si pengirim bukan ditulis sebagai 'mas' atau
'Soekarno' tetapi Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Nah, akibat banyak istri ini para ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Ajudan
Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini.
Para istri Soekarno ini selalu curiga ke mana Soekarno pergi setelah jam dinas
usai. Apakah menemui istrinya yang lain? ke rumah si A, si B atau si C? Para
ajudan Soekarno pun harus berbohong demi menyelamatkan bos mereka.
"Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan setiap timbul
persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang satu bertanya apakah
Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya," kata Bambang Widjanarko dalam
buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Jika Soekarno bertanya "Apakah aku sudah rapi?" Maka 'rapi' itu
artinya bersih dari bekas lipstik, dan wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan
pun harus ektra teliti memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno
akan pulang dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.
Pernah suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang
lain. Dia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang mendapat
laporan, memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati tak boleh
meninggalkan Slipi.
Maka 'operasi sabotase' itu digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura
mobilnya mogok. Haryati yang murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi
berjam-jam mobil itu tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan
mobil yang tadi mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil
Haryati pun tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.
Repot memang punya banyak istri yang pencemburu.
9.Bung Karno tak suka wanita seksi
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan
mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat
Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti
apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu.
Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko.
Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang
berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan
seksi?
Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung
Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno
benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati
bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam
buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota.
Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana
dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut
mendengar pertanyaan itu.
"Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan
berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai
perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju
ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.
"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan
senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari
generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring,"
tambahnya.
Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang
lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah
dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.
"Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya
sangat mencintai anak-anak," katanya.